ALAT-ALAT
METEOROLOGI PERTANIAN
Oleh:
JULI
PURNOMO
H0812090
TUGAS
MATA KULIAH AGROKLIMATOLOGI
Ir.Noorhadi,Msi
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
DAFTAR
ISI
1. HALAMAN
JUDUL...............................................................................
i
2. DAFTAR
ISI............................................................................................
ii
3. Soal..........................................................................................................
1
4. Jawaban...................................................................................................
2
5. Definisi
dan macam-macam cuaca ekstrim..................................... ....... 2
6. Intensitas
curah hujan harian, bulanan, dan tahunan............................... 10
7. Unsur-unsur
cuaca yang diamati..............................................................
16
8. Peralatan
Meteorologi..............................................................................
17
9. Syarat-syarat
taman klimatologi...............................................................
40
Soal
1.
Jelaskan yang dimaksud cuaca/iklim ekstrim!
2.
Jelaskan dengan tabel curah hujan harian, bulanan, dan tahunan!
3.
Jelaskan unsur-unsur cuaca yang diamati dan apa alatnya!
4.
Jelaskan syarat-syarat taman klimatologi!
1.
Cuaca Ekstrim
a. Definisi
dan macam-macam cuaca ekstrim
Cuaca ekstrim adalah fenomena
meteorologi yang ekstrim dalam sejarah (distribusi), khususnya fenomena cuaca
yang mempunyai potensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan
sosial, atau yang menimbulkan korban jiwa manusia.
Pada umumnya cuaca ekstrim didasarkan
pada distribusi klimatologi, dimana kejadian ekstrim lebih kecil sama dengan 5%
distribusi. Tipenya sangat bergantung pada Lintang tempat, ketinggian,
topografi dan kondisi atmosfer.
Berikut merupakan sebagian isi dari
peraturan kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika nomor:kep.009
tahun 2010 tentang prosedur standar
operasional pelaksanaan peringatan dini, pelaporan, dan diseminasi informasi cuaca ekstrim:
operasional pelaksanaan peringatan dini, pelaporan, dan diseminasi informasi cuaca ekstrim:
Analisis cuaca ekstrim terdiri atas:
1) Analisis sementara, dilakukan untuk
mengidentifikasi prilaku gejala meteorologi hasil pengolahan data pada saat
kejadian. Disampaikan selambat-lambatnya selama 6 (enam) jam setelah diketahui
adanya kejadian di lingkungan UPT dan diluar lingkungan UPT.
2) Analisis lengkap, dilakukan untuk
mengidentifikasi prilaku gejala meteorologi hasil pengolahan data pada saat
kejadian dan setelah kejadian. Disampaikan selambat-lambatnya 24 jam setelah
adanya kejadian.
3) Analisis sementara dan analisis lengkap
disampaikan kepada:
a) Stasiun koordinator di wilayah kerjanya.
b) Balai besar wilayah.
c) Pusat meteorologi penerbangan dan maritim, untuk
kejadian cuaca ekstrim terkait dengan aktifitas penerbangan dan aktifitas
kemaritiman.
d) Pusat meteorologi publik, untuk kejadian cuaca
ekstrim yang tidak terkait dengan aktifitas penerbangan dan aktifitas
kemaritiman.
Dalam membuat prediksi dan analisis cuaca ekstrim, harus mempertimbangkan
unsur:
1) Fenomena global yang paling sedikit meliputi:
a) Fenomena el nino / la nina
b) Fenomena dipole mode.
2) Fenomena regional yang paling sedikit meliputi:
a) Fenomena monsoon.
b) Fenomena madden julian oscillation (mjo).
c) Suhu muka laut (penambahan uap air).
d) Posisi/lokasi daerah pusat tekanan rendah atau
siklon tropis.
e) Daerah pembentukan awan aktif (daerah
konvergensi).
3) Fenomena lokal yang paling sedikit meliputi:
a) Labilitas udara.
b) Liputan awal hasil pengamatan satelit dan/atau
radar.
c) Kondisi suhu, kelembaban, dan unsur lain yang
mendukung pada lokasi terjadinya cuaca ekstrim.
Peringatan dini cuaca ekstrim di darat meliputi:
1) Angin puting beliung.
2) Angin kencang.
3) Hujan lebat.
4) Hujan lebat yang disertai angin kencang dan/atau
petir.
5) Hujan es.
6) Jarak mendatar ekstrim, dan/atau
7) Suhu udara ekstrim.
Peringatan cuaca ekstrim di laut meliputi:
1) Siklon tropis.
2) Angin kencang.
3) Waterspout.
4) Gelombang laut ekstrim.
5) Gelombang pasang.
6) Hujan lebat.
7) Hujan lebat yang disertai angin dan/atau petir,
dan/atau
8) Jarak pandang mendatar ekstrim.
Batas waktu pembuatan peringatan dini cuaca ekstrim harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) Data yang bersumber dari AWS/ARG harus dibuat
paling lambat 30 menit sebelum prediksi kejadian.
2) Data yang bersumber dari citra radar harus dibuat
paling lambat 1 (satu) jam sebelum prediksi kejadian.
3) Data yang bersumber dari citra satelit harus
dibuat paling lambat 2 (dua) jam sebelum prediksi kejadian.
Peringatan dini cuaca ekstrim disampaikan melalui:
1) Layanan pesan singkat.
2) Telepon.
3) Faksimili.
4) Website.
5) Sarana komunikasi lainya.
Banjir
|
Hujan lebat 50-100 mm/hari
|
Tanah longsor
|
Hujan sangat
lebat > 100 mm/hari
Curah hujan
> 400 mm/bulan
Prakiraan musim hujan
|
Kekeringan
|
Curah hujan dibawah nornal
|
Gempa bumi
|
PETA seismitas dan tsunami
|
Berikut beberapa gambar dari fenomena cuaca ekstrim:
Tentang Kekeringan:
Kekeringan
adalah merupakan salah satu bencana yang sulit dicegah dan datang berulang.
Secara umum pengertian kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah
dari kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi kendala dalam
peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada setiap musim
kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman pangan dengan intensitas
dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.
Kekeringan
merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak penyimpangan iklim
global seperti El
Nino
dan Osilasi Selatan. Dewasa ini bencana kekeringan semakin sering terjadi bukan
saja pada periode tahun-tahun El Nino, tetapi juga pada periode tahun dalam
keadaan kondisi normal.
Klasifikasi
Kekeringan
a.
Kekeringan Meteorologis
Kekeringan ini berkaitan dengan tingkat curah
hujan yang terjadi berada di bawah kondisi normal dalam suatu musim.
Perhitungan tingkat kekeringan meteorologis merupakan indikasi pertama
terjadinya kondisi kekeringan.
Intensitas
kekeringan berdasarkan definisi meteorologis sebagai berikut:
1)
kering : apabila curah hujan antara 70%-80%, dari
kondisi normal (curah hujan di bawah normal).
2)
sangat kering : apabila curah hujan antara
50%-70% dari kondisi normal (curah hujan jauh di bawah normal).
3)
amat sangat kering : apabila curah hujan di bawah
50% dari kondisi normal (curah hujan amat jauh di bawah normal).
b.
Kekeringan Hidrologis
Kekeringan ini berkaitan dengan berkurangnya
pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan hidrologis diukur dari
ketinggian muka air waduk, danau dan air tanah. Ada jarak waktu antara
berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka air sungai, danau
dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala awal
terjadinya kekeringan.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi
hidrologis adalah sebagai berikut:
1)
kering: apabila debit sungai mencapai periode
ulang aliran di bawah periode 5 tahunan.
2)
sangat kering : apabila debit air sungai mencapai
periode ulang aliran jauh di bawah periode 25 tahunan.
3)
amat sangat kering : apabila debit air sungai
mencapai periode ulang aliran amat jauh di bawah periode 50 tahunan.
c.
Kekeringan
Pertanian
Kekeringan ini berhubungan dengan berkurangnya
kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga tak mampu lagi memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan pertanian
ini terjadi setelah terjadinya gejala kekeringan meteorologis.
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut:
Intensitas kekeringan berdasarkan definisi pertanian adalah sebagai berikut:
1)
kering : apabila 1/4 daun kering dimulai pada ujung
daun (terkena ringan s/d sedang).
2)
sangat kering : apabila 1/4-2/3 daun kering
dimulai pada bagian ujung daun (terkena berat).
3)
amat sangat kering: apabila seluruh daun kering
(puso).
4)
d.
Kekeringan
Sosial Ekonomi
Kekeringan ini terjadi berhubungan dengan berkurangnya pasokan komoditi
yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari terjadinya
kekringan meteorologis, pertanian dan hidrologis.
e.
Kekeringan
Antropogenik
Kekeringan ini terjadi karena ketidaktaatan pada aturan yang disebabkan:
kebutuhan air lebih besar dari pasokan yang direncanakan sebagai akibat
ketidaktaatan pengguna terhadap pola tanam/pola penggunaan air, dan kerusakan
kawasan tangkapan air, sumber air sebagai akibat dari perbuatan manusia.
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:
Intensitas kekeringan akibat ulah manusia terjadi apabila:
1)
Rawan: apabila penutupan tajuk 40%-50%.
2)
Sangat rawan: apabila penutupan tajuk 20%-40%.
3)
Amat sangat rawan: apabila penutupan tajuk di DAS
di bawah 20%.
Contoh terjadinya cuaca ekstrim:
Misalkan pada bulan november 2010 curah hujan
sebesar xx mm, disebut ekstrim apabila jika dibandingkan dengan curah hujan
rata-rata 30 tahun (1981-2010) selisihnya mencapai 5 persen. Sehingga
menimbulkan efek kerugian baik materi ataupun korban jiwa misalkan banjir,
longsor, dll.
f. Mitigasi Cuaca Ekstrim
Untuk tingkat presipitasi tinggi :
1) Pembangunan waduk atau penampungan air.
2) Pelestarian kawasan resapan.
3) Pemindahan pemukiman yang rawan banjir ke dareah
tinggi.
Untuk Badai:
1) Memberikan penyuluhan/pemahaman kepada masyarakat
terutama bagi masyarakat di tempat rawan.
2) Perencanaan evakuasi (jalur evakuasi, tempat
evakuasi, pembuatan bunker bila perlu).
3) Pemberian informasi yang jelas apabila akan ada
badai untuk evakuasi dini.
4) Pembuatan rumah tipe dome yang tahan terhadap
badai untuk meminimalisir dampak kerusakan.
Untuk Kekeringan:
1) Pembuatan waduk yang selanjutnya air simpanannya
dapat digunakan sebagai pengairan.
2) Pembuatan dan pemanfaatan rainwater harvesting di
setiap bangunan.
3) Pembuatan sumur bor yang menghasilkan air tanah
sebagai sumber penghidupan selain dari air hujan.
2.
Intensitas curah hujan harian, bulanan, dan tahunan.
Intensitas
curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan
terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah
hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi
daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang
terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan
intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:
a.
Metode Mononobe
dimana :
I
|
:
|
Intensitas curah hujan
(mm/jam)
|
|
T
|
:
|
Lamanya curah hujan /
durasi curah hujan (jam)
|
|
R24
|
:
|
Curah hujan rencana
dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya
(tahapan analisis frekuensi)
|
|
Keterangan :
R24 , dapat
diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
|
|||
Contoh kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui
intensitas curah hujan dari data curah hujan harian selama 5 menit,
pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah hujan selama satu
hari bernilai 56 mm/hari) :
Ket :
Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh
durasi selama 5 menit menjadi durasi selama 5/60 atau selama 0,833 jam.
Gampang kan bagaimana cara mendapatkan intensitas
curah hujan dari curah hujan harian. Sekarang kita masuk ke metode kedua, yaitu
:
b.
Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa, curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah
curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan
menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut :
dimana :
IT
|
:
|
Intensitas curah hujan
pada suatu periode ulang (T tahun)
|
RT
|
:
|
Tinggi curah hujan pada
periode ulang T tahun (mm/hari)
|
Dengan nilai yang sama dengan nilai yang
digunakan dalam Metode Mononobe, maka perhitungan intensitas curah hujan dengan
Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai berikut :
Ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5
menit dengan nilai curah hujan harian mencapai 56 mm/hari dengan menggunakan
Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan dengan perhitungan
intensitas curah hujan menggunakan Metode Mononobe.
Metode ketiga adalah sebagai berikut :
c.
Metode Haspers dan Der
Weduwen
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan
harian yang dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki
distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan
durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda, 2007 )
Perhitungan intensitas curah hujan dengan
menggunakan Metode Haspers & der Weduwen adalah sebagai berikut :
_
dimana :
I
|
:
|
Intensitas curah hujan
(mm/jam)
|
R, Rt
|
:
|
Curah hujan menurut
Haspers dan Der Weduwen
|
T
|
:
|
Durasi curah hujan
(jam)
|
Xt
|
:
|
Curah hujan harian
maksimum yang terpilih (mm/hari)
|
Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi 60
menit:
Berikut kriteria intensitas curah hujan
harian, bulanan, dan tahunan.
a. Curah
hujan harian
Tabel kriteria intensitas curah hujan harian
Kriteria
|
mm/jam
|
mm/hari
|
hujan ringan
|
<5
|
<20
|
hujan normal/sedang
|
5-10
|
20-50
|
hujan lebat
|
10-20
|
50-100
|
hujan sangat lebat
|
>20
|
>100
|
Pada intensitas curah hujan harian, komponen
curah hujan adalah semua hasil tiap menitnya adalah memiliki nilai yang sama.
Namun akan beda hasilnya bila kita ik
Dalam pengamatan curah hujan harian, apabila
dalam satu hari tidak ada hujan yang turun bisa dipastikan tidak ada air yang
tertampung didalam penampungan pada alat ombrometer. Hal ini dikarenakan alat
ombrometer hanya memiliki lubang yang sangat kecil. Pada hujan yang lebat atau
deras air yang tertampung hanya sedikit atau bisa dikatakan tidak akan pernah
bisa memenuhi penampung yang ada pada alat ombrometer. Sedangkan bila tidak ada
hujan yang turun, maka bisa dipastikan tidak ada air yang tertampung. Jika
seandainya ada hanyalah sedikit dan amat kecil, yaitu hasil dari tetesan embun.
Curah hujan harian adalah curah hujan yang diukur
selama 24 jam. Masa 24 jam akan berakhir sesuai dengan tanggal yang tercantum
pada waktu. Untuk curah hujan harian dari sumber yang tidak teratur, yaitu
mereka yang laporan bulanan atau mingguan, kemudian jumlah hari dimana curah
hujan diukur. Sekali lagi periode berakhir pada hari lain.
b.
Curah hujan
bulanan
Tabel kriteria intensitas curah hujan bulanan
Kriteria
|
Mm
|
Rendah
|
0 – 100 mm
|
Menengah
|
101 – 300 mm
|
Tinggi
|
301 – 400 mm
|
Sangat Tinggi
|
> 400 mm
|
Satuan curah hujan adalah milimeter (mm), yang merupakan ketebalan air
hujan yang terkumpul dalam tempat pada luasan 1 m2, permukaan yang
datar, tidak menguap dan tidak mengalir.
1) Rata-rata
curah hujan bulanan : Nilai
rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2) Normal curah hujan
bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan
selama periode 30 tahun.
3) Standar
normal curah hujan bulanan : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan
selama periode 30 tahun
c. Curah
hujan tahunan
Tabel kriteria intensitas curah hujan tahunan
No.
|
Intensitas
hujan (mm/th)
|
Deskripsi
|
1
|
0-1500
|
sangat
rendah
|
2
|
1500-2000
|
rendah
|
3
|
2000-2500
|
sedang
|
4
|
2500-3000
|
Tinggi
|
5
|
> 3000
|
sangat tinggi
|
Curah
hujan per tahun adalah banyaknya hujan selama setahun. Banyaknya curah hujan
biasanya dinyatakan dalam milimeter (mm), apabila di suatu tempat ada curah
hujan 1 mm artinya selama hujan banyaknya air hujan yang menggenangi tempat
tersebut tingginya 1 mm atau tiap meter persegi terguyur air hujan sebanyak 1
liter.
3.
Unsur-unsur cuaca yang diamati:
a. Penyinaran
yang diamati
b. Suhu
udara
c. Suhu
tanah
d. Curah
hujan
e. Tekanan
udara
f. Kelembaban
udara
g. Angin
h. Keadaan
cuaca
i.
Jumlah macam dan tinggi dasar awan
j.
Penglihatan mendatar
Peralatan
Meteorologi:
a. Radiasi
matahari
1) Aktinograph
Bimetal
a) Alat pengukur/pencatat
secara automatis Intensitas Radiasi
Matahari.
b) Satuan K Cal/cm2 (Langley).
c) Keterangan : Kertas pias
diganti setiap hari. Setiap kotak kecil = 12
kalori, perhitungan total 1 hari dihitung jumlah kotak kecil. Alat ini
menggunakan sensor Bimetal.
Actionograph adalah alat meteorology
yang digunakan untuk mengukur intensitas radiasi matahari sama dengan gun
bellani. Actionograph diletakkan dengan ketinggian 100 cm, dengan tiang beton.
Berperekam atau otomatis mengukur setiap saat
pada siang hari radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila
kena sinar surya terdiri atas bimetal (dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap
radiasi surya. Panas karena radiasi yang diserap ini membuat bimetal
melengkung. Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor.
Lengkungan ini disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang
berputar menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas
grafik/integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang
ditangkap oleh sensor selama sehari.
2)
Campbel Stokes
Campbel Stokes
a) Pencatat lama penyinaran matahari.
b) Satuan : Jam/ Prosentase ( %
).
c) Pias harian. Jenis pias 3 macam :
- Lengkung panjang (11 Okt- 28 Feb).
-
Lurus (11 Sep – 10 Okt)
(1
Maret – 10 April).
- Lengkung pendek (11 Aprl – 10 Agst)
d) Bola Kaca dari kaca Masip.
Lamanya penyinaran sinar matahari
dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas
hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat
untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas
dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar
matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias
ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan sinar
yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari bersinar sepanjang hari dan
mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak terputus.
Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak dipiaspun akan
terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian terbakar yang
terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari. Memiliki tiga pias
yaitu pias lurus, pias lengkung pendek dan pias lengkung panjang.
Prinsip alat adalah pembakaran pias. Panjang
pias yang terbakar dinyatakan dalam jam. Alat ini mengukur lama penyinaran
surya. Hanya pada keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang
terukur adalah lama penyinaran surya terang.
Pias ditaruh pada titik api bola lensa.
Pembakaran pias terlihat seperti garis lurus di bawah bola lensa. Kertas pias
adalah kertas khusus yang tak mudah terbakar kecuali pada titik api lensa.
Alat dipasang di tempat terbuka, tak ada
halangan ke arah Timur matahari terbit dan ke barat matahari terbenam.
Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan letak lintang setempat. Posisi
alat tak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat diganti-ganti
setiap hari. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat yang sama:
* Pias waktu matahari di ekuator
* Pias waktu matahari di utara
* Pias waktu matahari di selatan
3)
GUN BELLANI INTEGRATOR RADIATION
GUN BELLANI INTEGRATOR RADIATION
a) Pencatat Intensitas Cahaya Matahari.
b) Satuan : Calori/Cm2 (Langley).
c) Intensitas Cahaya Matahari =
Selisih pembacaan skala dikalikan konstanta dibagi 21
d) Cara kerja alat :
Sewaktu memasang alat dipagi hari, alat dibalik dan dikembalikan sehingga permukaan air dalam tabung mendekati nol. Air dalam alat volumenya konstan dan
bila terkena cahaya matahari akan menguap dan berkondensasi
sehingga air turun kebawah.
Gun bellani
digunakan untuk mengukur pemanasan bumi oleh matahari. Semakin besar selisih
nya, maka semakin banyak panas yang diserap oleh bumi. Atau digunakan untuk
mengukur penguapan permukaan.
Prinsip alat adalah menangkap
radiasi pada benda berbentuk bola sensor. Panas yang timbul akan menguapkan zat
cair dalam bola hitam. Ruang uap zat cair berhubungan dengan tabung kondensasi.
Uap zat cair yang timbul akan dikondensasi dalam tabung berbentuk buret yang
berskala. Banyaknya air kondensasi sebanding dengan radiasi surya diterima oleh
sensor dalam sehari. Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam, yaitu pada pagi
hari dibandingkan dengan alat yang pertama hasilnya lebih kasar.
b. Suhu
1) PSYCHROMETER
STANDAR
Terdiri dari 4 buah thermometer
a) Thermometer Bola Kering (BK).
b) Thermometer Bola Basah (BB).
c) Thermometer Maximum.
d) Thermometer Minimum.
e) Piche Evaporimeter.
Fungsi alat
Pengukur Suhu Udara dan Kelembaban Udara
Satuan : Suhu Derajat Celcius,
Kelembaban dalam Persen (
%).
a) Thermometer BK menunjukan
suhu udara.
b) Thermometer BB digunakan
mencari kelembaban udara dengan bantuan table.
c) Thermometer BB, bola air
raksa harus selalu basah dengan menggunakan kain muslin yang selalu basah oleh air murni.
2)
Thermohygrograph
Thermohygrograph
a) Fungsi alat :
Pencatat Suhu udara dan Kelembaban Udara (Nisbi)
b) Satuan : Derajat Calcius & Prosentase (%).
c) Keterangan :
Pias harian, atau Mingguan.
d) Sensor Suhu terbuat dari logam,
bila udara panas logam memuai dan menggerakan pena keatas, bila udara dingin mengkerut gerakan pena turun.
e) Sensor Kelembaban udara
terbuat dari rambut manusia, bila udara basah. Rambut memanjang dan bila udara kering rambut memendek.
3) Termometer
tanah
Termometer tanah
gundul dan berumput digunakan untuk menyelidiki temperatur/suhu tanah. Suhu
tanah terkait dengan perubahan lingkungan dimana tanah berada. Di samping itu
pula, perubahan suhu tanah dapat dipengaruhi oleh proses-proses, aktivitas mikroorganisme
seperti proses penguraian, fermentasi, pelapukan, perubahan kadar air, kadar
udara, jenis mineral, faktor biologi, dan lain-lain perubahan fisik biologi
lainnya. Bagian-bagian termometer tanah terdiri atas pipa pelindung (mounting),
ujung besi penusuk, penekan tusukan, termometer tahap-1 dan termometer tahap-2.
Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya aplikasinya
digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10, 20, 50 dan 100
cm. Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah tabung silinder untuk
menempatkan thermometer agar mudah untuk melakukan pembacaan. Untuk kedalaman
0-20 cm, cukup dengan membenamkan bola tempat air raksa sesuai dengan kedalaman
yang diperlukan.
Termometer tanah untuk kedalaman 50 cm dan
100 cm bentuknya berbeda dengan kedalaman lain. Termometer berada dalam tabung
gelas yang berisi parafin, kemudian tabung diikat dengan rantai lalu diturunkan
dalam selongsong tabung logam ke dalam tanah sampai kedalaman 50 cm atau 100
cm. Pembacaan dilakukan dengan mengangkat termometer dari dalam tabung logam,
kemudian dibaca. Adanya parafin memperlambat perubahan suhu ketika termometer
terbaca di udara. Termometer tanah pada kedua kedalaman ini bila meruapakan
suatu kapiler yang panjang dari mulai permukaan tanah, mudah sekali patah
apabila tanah bergerak turun atau pecah karena kekeringan.
a) Termometer
tanah gundul
-
Fungsi alat :
Pengukur Suhu tanah Gundul.
-
Satuan : Derajat Celcius.
-
Keterangan: Kedalaman
0 cm, 5 Cm. 10 Cm, 20 Cm, 50 Cm, 100. Benda kuning pada thermometer 50 cm dan 100 cm
adalah parapin yang berfungsi agar ketika alat
tersebut dibaca maka suhu tidak berubah. Data suhu tanah ini digunakan dalam kegiatan pemupukan tanah.
b)
Thermometer tanah berumput
Thermometer tanah berumput
-
Fungsi alat : Pengukur
Suhu tanah Berumput.
-
Satuan : Derajat Celcius.
-
Keterangan: Kedalaman
0 cm, 5 Cm. 10 Cm, 20 Cm, 50 Cm, 100 cm. Benda kuning pada thermometer 50 cm
dan 100 cm adalah parapin yang
Berfungsi agar ketika alat
tersebut dibaca maka suhu tidak berubah.
Data suhu tanah ini
digunakan dalam kegiatan pemupukan tanah.
c. Tekanan
udara
1) Barometer
a) Alat untuk mengukur takanan
udara.
b) Satuan Milibar (mb).
c) Tabung berisi air raksa.
Dilengkapi thermometer untuk mengetahui suhu udara dalam ruangan. Alat ini tidak boleh terkena sinar Matahari dan angin langsung dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat. Tinggi bejana
satu meter dari lantai. Baca termometer yang menempel pada barometer
kemudian stel nonius sehingga menyinggung permukaan air raksa, baca skala barometer.
2)
Barograph
Barograph
a) Alat pencatat tekanan udara secara
automatis.
b) Satuan Milibar.(mb).
c) Sensor menggunakan tabung
hampa udara / kotak logam yang hampa udara yang terbuat dari logam yang sangat lenting. Bila tekanan
atmosfer berubah volume kotak berubah. Perubahan volume kotak di hubungkan dengan tangkai pena dan menggores di pias.
d. Angin
Pergerakan udara atau angin umumnya diukur dengan
alat cup counter anemometer, yang didalamnya terdapat dua sensor, yaitu: cup – propeller
sensor untuk kecepatan angin dan vane/ weather cock sensor untuk arah angin.
Untuk pengamatan angin permukaan, Anemometer dipasang dengan ketinggian 10
meter dan berada di tempat terbuka yang memiliki jarak dari penghalang sejauh
10 kali dari tinggi penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang menjulang
tinggi). Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan
tiang, dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang
anemometer dan antar labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal petir
pada tiang anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah rawan
petir. Hal ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan
ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.
Anemometer sendiri terdapat dua tipe secara umum.
Tipe tersebut adalah sebagai berikut:
1) Anemometer dengan tiga atau empat mangkok.
Sensornya terdiri dari tiga
atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat pada suatu
sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros vertikal.
Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup
maka rotor berputar pada arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung
kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi,
perputaran rotor mengatur sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin.
Anemometer tipe “cup counter” hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin
selama suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat
dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi
jarak tempuh angin selama waktu dari kedua pengamatan tersebut, sehingga
kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh tersebut dibagi
lama selang waktu pengamatannya.
2) Anemometer Termal.
Anemometer ini merupakan satu
sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan fluida (angin) sesaat. Cara
kerja dari sensor ini berdasarkan pada jumlah panas yang hilang secara
konvektif dari sensor ke lingkungan sekeliling sensor. Besarnya panas yang
dipindahkan dari sensor secara langsung berhubungan dengan kecepatan fluida
yang melewati sensor. Jika hanya kecepatan fluida yang berubah, maka panas yang
hilang bisa diinterpretasikan sebagai kecepatan fluida tersebut. Kerja nemometer
ini mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung dari tekanan statis dan
tekanan kecepatan.
a)
Anemometer 10m
Anemometer 10m
-
Fungsi alat : Pencatat Arah dan Kecepatan Angin Sesaat.
-
Satuan : Arah Angin
( 8 mata angin)
-
Kecepatan Angin : Knots. ( 1 Knots = 1.8 Km/Jam ).
-
Keterangan : Yang dimaksud arah angin yaitu Arah dari mana angin berhembus.
3)
Cup Counter Anemometer tinggi 2 meter
Cup Counter Anemometer tinggi 2 meter
a) Fungsi alat :
Pengukur Kecepatan Angin
Rata-rata harian.
b) Satuan
: Km / Jam.
c) Keterangan :
Prinsip kerja seperti garakan Spedometer sepeda motor dalam satuan
km/jam.
d) Kecepatan angin rata-rata harian selisih pembacaan angka
dibagi 24 jam.
e. Curah
hujan
Ombrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur curah hujan di suatu daerah. Ada du atipe ombrometer yaitu :
1) Ombrometer observatorium
Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri
(non recording), bentuknya sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar
60 Cm dicat aluminium, ada juga yang terbuat dari pipa pralon tingginnya 100
Cm. Penakar hujan biasa terdiri dari :
a) Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian
badan alat, mulut corong (bagian atasnya) terbuat dari kuningan yang berbentuk
cincin (lingkaran ) dengan luas 100 cm2.
b) Bak tempat menampung air hujan.
c) Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke
gelas ukur.
d) Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang
penakar hujan pada pondasi kayu dengan cara disekrup.
e) Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 cm2
, dengan skala ukur 0 s/d 25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan,
dan waktu observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang
teliti, dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan satu sama lain.
Cara pengamatan curah hujan:
Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap
hari pada jam 07.00 waktu setempat, atau jam-jam tertentu.
a) Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar
hujan dibawah kran, kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas
penakar.
b) Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm.
sebelum mencapai skala 25 mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat.
Kemudian lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang
dicatat dijumlahkan.
c) Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan
curah hujan pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
d) Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala,
diambil garis skala yang terdekat dengan dasar meniskus tadi.
e) Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara
dua garis skala, diambil atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm.
menjadi 17 mm.. 24,5 mm. menjadi 25 mm.
f) Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x /
1,5 mm, maka dibaca x = 1 mm.
g) Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada
kartu hujan ditulis angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
h) Jika tidak ada hujan, beri tanda ( – ) atau ( . )
pada kartu hujan.
i)
Jika tidak
dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri tanda (X) pada
kartu hujan.
j)
Apabila gelas
penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas penakar hujan Hellman dimana
hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat juga dipakai gelas ukur yang berskala
ml. (Cc), yang dapat dibeli di Apotik.
2) Penakar Hujan Otomatis.
Penakar hujan Otomatis type Hellman adalah
penakar hujan yang dapat mencatat sendiri, badannya berbentuk silinder, luas
permukaan corong penakarnya 200 Cm2, tingginya antara 100 sampai dengan 120 Cm.
Jika pintu penakar hujan dalam keadaan terbuka, maka bagian dalamnya akan
terlihat seperti gambar terlampir : Prinsip kerja alat ini adalah jika hujan
turun, air hujan akan masuk kedalam tabung yang berpelampung melalui corongnya,
air yang masuk kedalam tabung mengakibatkan pelampung beserta tangkainya
terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tangkai pena yang
bergerak mengikuti tangkai pelampung, gerakan pena akan menggores pias yang
diletakkan/digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan sendirinya.
Penunjukkan pena pada pias sesuai dengan jumlah volume air yang masuk ke dalam
tabung, apabila pena telah menunjuk angka 10 mm. maka air dalam tabung
akankeluar melalui gelas siphon yang bentuknya melengkung. Seiring dengan
keluarnya air maka pelampung akan turun, dan dengan turunnya pelampung tangkai
penapun akan bergerak turun sambil menggores pias berupa garis lurus vertikal.
Setelah airnya keluar semua, pena akan berhenti dan akan menunjuk pada angka 0,
yang kemudian akan naik lagi apabila ada hujan turun.
1)
Penakar Hujan ( Ombrometer )
Penakar Hujan ( Ombrometer )
Fungsi
alat :
Pengukur Curah Hujan
Satuan : Milimeter ( mm ).
Keterangan :
* Curah hujan di ukur dengan gelas penakar setiap pagi Jam 07.00WS.
Atau
1 milimeter hujan yang ditakar sama volumenya dengan 10 cc.
2)
Penakar Hujan Otomatis ( Hellman )
Penakar Hujan Otomatis ( Hellman )
Fungsi
alat : Pencatat Instensitas Curahhujan / tingkat
kelebatannya
Satuan :
Milimeter ( mm ).
Keterangan : - Setiap hari pias diganti (pias Harian atau Pias Mingguan). Hujan dengan Instensitas lebat bentuk grafik terjal hujan
dengan intensitas ringan bentuk grafik landai.
- Waktu terjadi dan
berakhirnya hujan dapat diketahui.
3) Rain Gauge
Untuk mengukur seberapa banyak jumlah
curah hujan yang terjadi dalam suatu waktu diperlukan suatu alat pengukuran.
Pluviometer ataupun penakar hujan (rain gauge), merupakan alat yang biasa
digunakan dalam hal pengukuran curah hujan.
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa
dalam Rain Gauge terdapat gelas/tabung ukur (di gambar ditunjukkan dengan nama
Measuring tube) dengan luas corong penakarnya yaitu 200 cm2 atau 400 cm2,
dimana gelas/tabung ukur tersebut digunakan untuk menampung air hujan yang
masuk ke dalam alat tersebut. Dimana tinggi air hujan yang terdapat dalam gelas
ukur tersebut dapat dilihat dari penanda ukuran (dalam gambar : measuring
scale).
Selain penakar hujan biasa tersebut,
terdapat pula penakar hujan jenis pencatat atau otomatis. Dalam hal ini kita
tidak perlu susah-susah untuk mencatat berapa jumlah curah hujan yang terjadi
dalam suatu waktu, karena jenis penakar hujan ini akan secara otomatis
mencatatnya untuk kita dalam sebuah kertas pias yang telah tergoreskan oleh sebuah
pena yang terhubungkan dengan sebuah pelampung dalam rain gauge yang
menggerakan naik atau turunnya pena tersebut dalam kertas pias. Penakar hujan
otomatis tersebut merupakan penakar hujan jenis sifon.
4) Penakar hujan bendix
Penakar hujan otomatis, prinsip secara
menimbang air hujan yang ditampung. Melalui cara mekanis timbangan ini
ditransfer ke jarum petunjuk berpena di atas kertas pias.
4)
Penakar hujan Titing siphon
Prinsip alat, air hujan ditampung dalam tabung
penampung. Bila penampung penuh, tabung menjadi miring dan siphon mulai bekerja
megeluarkan air dari dalam tabung. Setiap pergerakan air dalam tabung penampung
tercatat pada pias sama seperti alat penakar hujan otomatis lainnya.
5)
Penakar hujan Tipping Bucket
Prinsip alat, air hujan ditampung pada bejana
yang berjungkit. Bila air mengisi bejana penampung yang setara dengan tinggi
hujan 0,5 mm akan berjungkit dan air dikeluarkan.
Terdapat
dua buah bejana yang saling bergantian menampung air hujan. Tiap
gerakan bejana berjungkit secara mekanis tercapat pada pias atau menggerakkan counter (penghitung). Jumlah hitungan dikalikan dengan 0,5 mm adalah tinggi hujan yang terjadi. Curah hujan di bawah 0,5 mm tidak tercatat.
gerakan bejana berjungkit secara mekanis tercapat pada pias atau menggerakkan counter (penghitung). Jumlah hitungan dikalikan dengan 0,5 mm adalah tinggi hujan yang terjadi. Curah hujan di bawah 0,5 mm tidak tercatat.
Semua alat penakar hujan di atas harus
diperhatikan penempatannya di lapangan terbuka bebas dari halangan. Alat yang
teliti dengan menempatkan yang salah akan mengukur besaran yang salah pula.
Alat yang otomatis, pemeliharaannya harus lebih intensif. Keadaan alat baik
yang manual ataupun yang otomatis harus diperiksa dari kebocoran, saluran
penampung yang tersumbat kotoran, tinta pena jangan sampai kering dan jam
pemutar silinder pias dalam keadaan berjalan dengan baik.
f. Kelembaban
Ada beberapa tipe dan prinsip kerja alat pengukur
kelembapan udara. Pada umumnya alat yang digunakan adalah psikrometer. Alat ini
terdiri dari dua termometer yang disebut termometer bola basah dan termometer
bola kering. Kelembapan udara sebanding dengan selisih kedua termometer yang
dapat dicari melalui tabel atau rumus. Alat pengukur kelembapan lain adalah
sensor rambut. Prinsipnya bila udara lembab rambut bertambah panjang dan udara
kering rambut menyusut. Perubahan panjang ini secara mekanis dapat ditransfer
ke jarum penunjuk pada skala antara 0 sampai 100 %. Alat pengukur kelembapan
udara tipe ini disebut higrometer.
1)
Termohigrograf
Termohigrograf
Menggunakan
prinsip dengan sensor rambut untuk mengukur kelembapan udara dan menggunakan
bimetal untuk sensor suhu udara. Kedua sensor dihubungkan secara mekanis ke
jarum penunjuk yang merupakan pena penulis di atas kertas pias yang berputar
menurut waktu. Alat dapat mencatat suhu dan kelembapan setiap waktu secara
otomatis pada pias. Melalui suatu koreksi dengan psikrometer kelembapan udara
dari saat ke saat tertentu.
2)
Psikrometer standar
Psikrometer standar
Alat pengukur kelembapan udara terdiri dari
dua termometer bola basah dan bola kering. Pembasah termometer bola basah harus
dijaga agar jangan sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau daya
airnya telah berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu diganti,
tergantung cepatnya kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor oleh debu.
Air pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades. Air
banyak mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan garam pada
termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan terlebih dahulu
bacalah termometer bola kering kemudian termometer bola basah. Suhu udara yang
ditunjukkan termometer bola kering lebih mudah berubah daripada termometer bola
basah. Semua alat pengukur kelembapan udara ditaruh dalam sangkar cuaca
terlindung dari radiasi surya langsung atau radiasi bumi serta hujan.
g. Instrumen-instrumen
lain dalam meteorologi
1) Authomatic
Weather Stasion
a) Fungsi alat
: sensor pengukur suhu udara, kelembaban, tekanan Udara, arah angin, kecepatan angin, curah hujan,
penyinaran matahari, suhu tanah.
b) Satuan : Suhu udara =Derajat celcius,Tekanan = milibar, curah hujan =
Milimeter (mm). Penyinaran
matahari = Langley, kecepatan angin = Knots, Km/Jam. Arah angin = derajat.
c) Keterangan : dari sensor tersebut data disimpan
didata loger dan disambung
melalui kabel ke komputer yang
ada diruangan observasi untuk
melihat tampilan alat tersebut.
2)
Sangkar Meteorologi
Sangkar Meteorologi
a) Fungsi alat : Tempat meletakan peralatan meteorologi.
b) Satuan :
-
c) Keterangan :
Berventilasi, Double Jalusi guna
untuk mengalirkan udara masuk-keluar. Dicat putih agar
memantulkan cahaya (merupakan konversi dari WMO)
Sangkar meteorologi umumnya dipasang di dalam
taman alat-alat meteorology. Pemasangan alat-alat meteorologi di dalam sangkar
dimaksudkan agar hasil pengamatan dari tempat-tempat dan waktu yang berbeda
dapat dibandingkan satu sama lain.
Selain itu, alat-alat yang terdapat di dalamnya
terlindung dari radiasi matahari langsung, hujan, dan debu. Sangkar cuaca
dibuat dari kayu yang baik sehingga tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar
dicat putih supaya tidak banyak menyerap radiasi panas matahari. Sangkar
dipasang dengan lantainya yang berada 1,2 m di atas permukaan tanah dan ini
merupakan aturan standar internasional (SI), sedangkan letaknya paling dekat dua
kali (sebaiknya empat kali) tinggi benda yang ada disekitarnya.
Sangkar harus dipasang kuat, berpondasi beton,
sehingga tidak dapat bergerak atau bergoyang jika angin kencang, selain itu
agar tidak mudah di makan rayap. Sangkar mempunyai dua buah pintu dan dua
jendela yang berlubang-lubang. Lubang ini memungkinkan adanya aliran udara.
Temperatur dan kelembaban udara di dalam sangkar mendekati/hampir sama dengan
temperatur dan kelembaban udara di luar. Sangkar dipasang dengan pintu membuka
menghadap utara-selatan, sehingga alat-alat yang terdapat di dalamnya tidak
terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. Jika matahari berada pada
belahan bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau
sebaliknya.
Alat-alat yang dipasang dalam sangkar meteorologi
adalah sebagai berikut :
a) Thermometer Bola Basah
dan Bola Kering
Merupakan thermometer air raksa dalam bejana kaca
untuk mengukur suhu udara aktual yang terjadi (thermometer bola kering), tabung
air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya. Adapun
thermometer bola basah adalah thermometer yang pada bola air raksa (sensor)
dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik
jenuh, yaitu suhu yang diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi.
Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering, sedangkan RH
(kelembaban udara) didapat dengan perhitungan.
Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian
pengukuran kelembaban dengan mempergunakan Psychrometer ialah :
a) Sifat peka, teliti dan cara membaca
thermometer-thermometer
b) Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah.
c) Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain.
d) Letak bola kering atau bola basah.
e) Suhu dan murninya air yang dipakai untuk
membasahi kain.
b) Thermometer Maximum
Thermometer maximum (air raksa) ini memiliki pipa
kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air
raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali
pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula,
thermometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan
magnet.
c)
Thermometer minimum
Thermometer minimum
Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol
untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki
titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran
suhu minimum.
Prinsip kerja thermometer minimum adalah dengan
menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu
menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu
meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan
thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol
berada di bawah.
Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan
agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu
minimum). Untuk mengembalikan posisi indeks ke posisi aktual dapat dilakukan
dengan memiringkan/ membalikkan posisi thermometer hingga indek bergerak ke
ujung dari alkohol (posisi suhu aktual).
d) Pichi
Seperti panci penguapan terbuka, alat ini
digunakan sebagai pengukur penguapan secara relatif. Maksudnya, alat ini tidak
dapat mengukur secara langsung evaporasi ataupun evapotranspirasi yang
sesungguhnya terjadi. Hasil pembacaannya sangat tergantung terhadap angin,
iklim dan debu.
Pada prinsipnya Piche evaporimeter terdiri dari:
-
Pipa gelas
yang panjangnya + 20 Cm dan garis tengahnya + 1,5 Cm. Pada pipa gelas terdapat
skala, yang menyatakan volume air dalam Cm3 atau persepuluhnya. Ujung bawah
pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup dan dilenghkapi dengan tempat
menggantungkan alat tersebut.
-
Piringan
kertas filter berbentuk bulat. Kertas ini berpori-pori banyak sehingga mudah
menyerap air. Kertas filter dipasang pada mulut pipa terbuka.
-
Penjepit
logam, yang berbentuk lengkungan seperti lembaran per. Per ujung yang melekat
disekeliling pipa dan ujung lainnya berbentuk sama dengan diameter pipa.
-
Panci Penguapan ( Open Pan Evaporimeter )
Panci Penguapan ( Open Pan Evaporimeter )
Fungsi alat : Pengukur
Penguapan air langsung
Satuan : Milimeter (mm).
Ukuran alat :
Tinggi Alat 25,4 Cm, diameter alat 120.7 Cm.
Keterangan : Alat ini dilengkapi dengan
1.
Thermometer air Six Bellani (Thermometer Apung).
2. Cup
Counter anemometer tinggi 05 meter.
3. Alat
pengukur tinggi permukaan air ( Hook Gauge ).
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk
mengukur evaporasi. Semakin luas permukaan panci, makin representatif atau
makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk,
sungai dan lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter
memerlukan perlengkapan sebagai berikut :
-
Panci Bundar
Besar.
-
Hook Gauge
yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci.
Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya
berlainan.
-
Still Well
ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai
3 buah kaki.
-
Thermometer
air dan thermometer maximum/ minimum • Cup Counter Anemometer.
-
Pondasi/ Alas
Pondasi atau alas yang digunakan yaitu papan. Hal ini dikarenakan dengan
menggunakan papan panci penguapan ini akan rata dan tidak berhubungan langsung
dengan panas bumi dari tanah.
-
Penakar hujan
biasa Penguapan diukur 3x sehari, yaitu pada saat :
• Pukul 7 pagi, alasan diukur pada pukul 7 pagi
karena pada saat ini belum terjadi penguapan. Unutk menghitung penguapan harian
data yang diambil adalah data pada saat pukul 7 pagi ini.
• Pukul 2 siang, alasan diukur pada pukul 2 siang
karena terjadinya pemanasan maksimum adalah saat pukul 2 siang.
• Pukul 6 sore, alasan diukur pada pukul 6 sore
karena pada saat itu waktu matahari terbenam. “Rumus penguapan hari ini =
pembacaan pukul 5 – pembacaan pukul 7 pagi hari ini + curah hujan yang diukur
pada pukul 7 hari berikutnya.
Pada evaporimeter terdapat termometer apung.
Thermometer ini merupakan bagian/ kelengkapan dari alat evaporasi panci
terbuka. Berfungsi untuk mengetahui suhu permukaan air yang terjadi di
permukaan bumi/ tanah. Terdiri dari thermometer maksimum (thermometer air
raksa) dan thermometer minimum (thermometer alcohol). Suhu rata-rata air
didapat dengan menambahkan suhu makimum dan minimum, kemudian dibagi dua.
Letak thermometer harus terapung tepat di
permukaan air, sehingga dilengkapi dengan pelampung dibagian depan dan melakang
yang terbuat dari bahan yang tahan air/ karat (biasanya almunium). Setelah
dilakukan pembacaan, posisi indek pada thermometer minimum harus dikembalikan
ke suhu actual dengan memiringkannya. Sedangkan untuk thermometer maksimum,
tinggi air raksa juga dikembalikan pada suhu actual dengan menggunakan magnet.
3)
HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HV. SAMPLER)
HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HV. SAMPLER)
a) Fungsi alat : pengukur partikel
kecil padat aerosol di udara
(debu, carbon dll).
b) Satuan : mikrogram / m³.
c) Keterangan : di dalam alat terdapat motor
penghisap & flow rate Pengukur kecepatan aliran udara masuk.
Udara dihisap oleh motor
penghisap melalui celah samping penutup.
Banyaknya vol. udara dicatat oleh flow rate. Di dalam
alat ini dipasang filter untuk menampung
udara yang masuk. Pengoperasian 24 jam dalam 6 hari. Ambang batas polusi ud. = 260 µgr/m³.
4.
Syarat-syarat taman klimatologi
a. Stasiun klimatologi
Stasiun klimatologi dalah unit pelaksana teknis
BMG.
Tugas
:
1)
Melaksanakan pengamatan klimatologi.
2) Pengumpulan dan penyebaran
data.
3) Penganalisaan dan prakiraan
di wilayahnya.
4) Pelayanan jasa klimatologi
dan kualitas udara.
5) Pengamatan Meterorologi
pertanian.
b.
Taman Alat
Taman Alat
Kebutuhan pokok stasiun
klimatologi agar mendapatkan data yang benar diperlukan (Sudira, 1999) :
1) Letak stasiun harus mewakili hubungan tanah, air
dan ikum dimana datatersebut diperoleh.
2) Masing-masing instrumen harus menghasilkan
data-data meteorologi yang benar dan
alat-alat tersebut tidak mudali rusak dan mudah dipelihara.
3) Pembacaan alat mudah dilaksanakan dan mudah di
catat.
4) Pengamat cukup tersedia dan terlatih dengan balk
serta bertempat tinggal tidak jauh dan stasiun klimatologi demi kelancaran
pengamatan.
Dalam pengamatan dan
pengambilan data klimatologi yang perlu diperhatikan kecuali peralatan, cara
pengamatan/pencatatan, waktu pengamatan juga tata gletak/layout alat-alat
tersebut sehingga dapat mewakili kondisi fisik lingkungan. Sebuah stasiun klimatologi membutuhkan letak yang cukup
luas, terbuka dengan taman alat di tengahnya.
Syarat dasar taman alat yaitu
(Anonim,2008):
1) Berada pada permukaan tanah yang datar dan rata
serta tertutup rumput pendek yang sepenuhnya dipelihara. Agar penempatan alat
dapat digunakan dengan mudah dan hasilnya
juga akurat apabila ditempat yang strategis.
2) Sudut
pandangan 45 o . Agar jarak pandang sesuai dan tepat sesuai yang
diharapkan.
3) Tidak boleh ditempatkan di atas permukaan tanah
yang berbatu atau berpasir atau di tempat dengan kelerengan yang terjal.
4) Areal di sekitar stasiun agroklimat
bebas dari rintangan, pohon-pohon tinggi, gedung-gedung dan jauh dari jalan raya yang akan mempengaruhi hasil
pengamatan.
5) Dekat dengan tempat tinggal pengamat. Agar dapat
mengendalikan sewaktu-waktu.
6) Tempatnya cukup luas dan masing-masing
alat tersusun dengan baik sehingga tidak
saling menghalangi.
7) Bila ukuran taman alat 10x10 m
maka harus di tempatkan di tengah-tengah ruang terbuka dengan ukuran 50x50 m
yang ditanami rumputpendek.
8) Dipagari kawat setinggi 1,5±2 m, hasil pengamatan
dapat mewakilikeadaan iklim seluas mungkin sehingga pangaruh iklim lokal
dapatdihindarkan.
Tujuan stasiun klimatologi
adalah mendapatkan data klimatologis yang pengukurannya
dilakukan secara kontinu dan meliputi periode waktu yang lamapaling sedikit sepuluh
tahun. Bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yangdilakukan meliputi
unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin,kelembaban, macam dan tinggi
dasar awan, banglas horisontal, durasi penyinaranmatahari dan suhu tanah. Oleh karena itu persyaratan stasiun
klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun, dan lingkungan sekitar yang
tidak mengalami perubahanagar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi
persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili
(Prawirowardoyo, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2012. Cuaca Ekstrim. http://penulisjalanan.wordpress.com/cuaca-ekstrim/ . Diakses pada tanggal 7 September 2012.
Admin. 2012. Peraturan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika nomor
: Kep.009 tahun 2010. www.bmkg.go.id/BMKG.../Dokumen_Standar_Operasional_Prosedu.. Diakses pada tanggal 7 September
2012.
Agusra. 2011. Curah hujan. http://artikeldanmakalah-agusra.blogspot.com/2011/06/curah-hujan.html. Diakses pada tanggal 8 September 2012.
Joni, A. 2010. ALAT ALAT AGROKLIMATOLOGI. http://bibirmemble.wordpress.com/category/budidaya-pertanian/agroklimatology/. Diakses pada tanggal 8 September 2012.
Mtnugraha. 2009. METODE INTENSITAS CURAH HUJAN. http://mtnugraha.wordpress.com/2009/04/02/metode-intensitas-curah-hujan/. Diakses pada tanggal 8 September 2012.
R. 2009. Apa yang dimaksud dengan curah hujan per tahun?. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090418060034AAc3heL . Diakses pada tanggal 8 September 2012.
Raharjabayu. 2011. PEMBANGUNAN STASIUN PENGAMATAN HIDROLOGI DAN PEMASANGAN PERALATAN. http://raharjabayu.wordpress.com/2011/06/13/pembangunan-stasiun-pengamatan-hidrologi-dan-pemasangan-peralatan/. Diakses pada tanggal 2 September 2012.
Virgawati. 2008. STASIUN KLIMATOLOGI. http://virgawati.files.wordpress.com/2008/05/alat2-di-bmg.ppt. Diakses pada tanggal 7 September 2012.
Wahid,
K. 2008. INSTRUMENTASI KLIMATOLOGI. http://ustadzklimat.blogspot.com/2008/11/instrumen-klimatologi.html.
Diakses pada
tanggal 7 September 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar